Selamat, Anda Gagal Dalam Psikotes!

Haryo U. Suryosumarto | Friday, 19 August 2022

Beberapa tahun yang lalu sebelum menjadi konsultan di bidang rekrutmen, saya tidak terlalu peduli kalau ada rekan yang berkeluh-kesah ketika sedang menjalani proses rekrutmen di sebuah perusahaan.

Namun kini setelah saya berkecimpung di bidang rekrutmen dan mencoba mengingat-ingat kembali, ternyata kebanyakan rekan-rekan yang berkeluh kesah kala itu memiliki sebuah kesamaan, mereka rata-rata berharap dalam proses rekrutmen tersebut tidak ada tahapan psikotes yang mesti dilalui.

Psikotes, psikotest, psychometric test, psychological assessment, atau dengan istilah apapun orang menyebutnya, harus diakui seakan-akan menjadi sebuah momok yang menakutkan dalam sebuah proses rekrutmen. Banyak orang yang merasa bahwa kesempatan untuk bekerja di perusahaan idaman menjadi sirna ketika harus menjalani psikotes dan akhirnya gagal dalam tahapan tersebut.

Saya akui saya bukan berprofesi sebagai psikolog, jadi kali ini saya ingin membatasi cakupan tulisan dengan membahas psikotes ini dari sisi seorang recruiter yang kebetulan memahami esensi dan tujuan dari pelaksanaan sebuah psikotes.

Kalau mengacu pada pemahaman secara bebas, sebetulnya psikotes dimaksudkan untuk mencari orang dengan karakteristik tertentu yang dirasa tepat untuk mengisi sebuah posisi di perusahaan dan kemudian orang tersebut diharapkan sanggup menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan hasil terbaik.

Nah, kalau dibaca sekali lagi dari paragraf diatas, ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama adalah menyangkut soal karakter. Kedua adalah menyangkut soal kinerja.

Dua hal ini saling berkaitan karena dari sananya setiap orang memang memiliki karakter kepribadian yang berbeda dan membuatnya memiliki preferensi pekerjaan dan lingkungan kerja yang berbeda-beda pula.

Bayangkan kalau saya dulu diterima di jurusan akuntansi padahal saya bukanlah orang yang detail oriented, bisa-bisa saya lulus setelah menempuh kuliah sepuluh tahun dan setelah itu tidak akan pernah bisa bekerja sebagai akuntan karena selalu gagal dalam psikotes.

Tapi kalau boleh saya membesarkan hati anda yang merasa selalu gagal dalam psikotes, sebetulnya tidak ada istilah gagal psikotes atau tidak lulus psikotes. Sebaliknya anda justru harus bersyukur kalau selama ini anda selalu gagal dalam psikotes, karena itu memberikan indikasi yang cukup jelas kalau selama ini anda ternyata sedang mengejar karir ke arah yang keliru.

Mungkin yang terbaik untuk anda memang bukan berkarir di bidang itu. Jadi tidak ada gunanya juga anda ngebet ingin menjadi profesional di bidang human resources kalau anda adalah orang yang terlalu kaku, sulit bergaul dan lebih suka bekerja sendiri. Sampai kapan pun anda akan selalu failed di psikotes untuk dapat diproses lebih lanjut untuk posisi HR.

Jadi setiap kali menghadapi psikotes, santai saja. Tidak perlu membuang uang untuk membeli buku-buku psikotes yang terbit di pasaran. Itu mungkin akan membantu anda untuk menjawab soal-soal psikotes, tapi itu tidak akan membantu anda untuk menemukan pekerjaan yang paling sesuai dengan karakter anda yang memang unik dan berbeda dengan orang lain.

Sekali lagi saya berikan penekanan, setiap orang adalah individu unik dan berbeda dengan orang lain.

Kalau anda masih tetap berkeras ingin bisa lolos dalam tahapan psikotes, saya hanya bisa menyarankan satu hal: cari dulu bidang pekerjaan yang memang betul-betul sesuai dengan karakter anda.

Kalau anda sudah menemukan bidang pekerjaan tersebut, percayalah ketika anda melamar ke satu perusahaan untuk pekerjaan yang sesuai dengan karakter anda, psikotes macam apapun bisa anda lalui dengan mudah dan dengan hasil yang memuaskan semua pihak.

Semoga bisa membantu untuk membuka wawasan kita semua mengenai psikotes, khususnya dalam dunia kerja.