How to Handle Burnout in a Workplace

Margaretha Calusa | Wednesday, 07 June 2023

Akhir-akhir ini, di sosial media saya melihat banyak pegawai yang mengeluhkan bahwa mereka mengalami burnout di tempat mereka bekerja. Pengertian dari burnout adalah sebuah keadaan dimana seorang pekerja merasa lelah secara emosi, fisik dan mental yang dikarenakan stress yang tidak berkesudahan.

Kemudian apa yang mengindikasikan bahwa seseorang mengalami burnout? Dari salah satu artikel yang saya baca, ciri-ciri pegawai yang merasa burnout akan selalu merasa kelelahan setiap harinya dan merasa takut untuk menjalani hari esok. Selain itu, mereka cenderung kurang termotivasi untuk melakukan pekerjaan mereka, karena merasa apapun yang mereka lakukan adalah sia-sia.

Burnout bisa disebabkan karena seseorang merasa overworked atau mungkin merasa pekerjaan yang dilakukan tidak dihargai. Sedangkan kita ketahui bahwa hampir setengah dari total jam dalam satu hari kita habiskan berhubungan dengan pekerjaan. Beberapa penyebab terjadinya burnout antara lain jumlah pekerjaan yang tidak ada habisnya, interaksi hubungan antara atasan atau sesama rekan kerja, pekerjaan yang selalu monoton, atau kurangnya support dari lingkungan sekitar.

Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa burnout juga disebabkan gaya hidup dan juga interaksi dengan sekitar, seperti kebiasaan begadang, hubungan dengan keluarga yang kurang harmonis, tidak adanya kesempatan untuk mengambil liburan, pekerjaan rumah, dan juga kebiasaan perfeksionis yang memaksa seseorang untuk terus-menerus berusaha tanpa melakukan kesalahan.

Jika seorang pegawai mengalami burnout lalu apa dampaknya bagi sebuah perusahaan? Tentunya hal ini akan berdampak pada produktivitas pegawai, yang kemudian memberikan efek domino untuk keseluruhan produktivitas perusahaan.

Lalu bagaimana cara untuk mengurangi burnout? Terdapat tiga pendekatan yang bisa dilakukan, yakni 3R (Recognize, Reverse dan Resilience). 1) Recognize yakni memahami kemampuan dan skill yang dimiliki oleh diri sendiri, dan memahami sejauh mana batasan yang mampu dikerjakan oleh fisik kita. Sehingga, kita dapat menentukan kapan waktu kita harus berhenti dan beristirahat, serta mengubah cara kita mencapai sebuah tujuan. 2) Reverse, dengan cara mencari support untuk mengatasi stress yang dialami. Hal ini dapat didukung dengan adanya lingkungan kerja yang suportif dan saling memahami tanggung jawab satu sama lain. Selain itu, melakukan sosialisasi baik dengan co-workers, teman bermain, dan juga keluarga menjadi satu peranan penting untuk mengatasi burnout. 3) Resilience, tekad serta motivasi yang dimiliki dalam diri juga menjadi sebuah cara untuk dapat mengatasi burnout.

Saya sendiri mengatasi burnout dengan cara melakukan hobi yang saya sukai dan juga bersosialisasi dengan teman tanpa membahas pekerjaan. Hal ini menjadi salah satu upaya untuk stress relieved, karena sejatinya manusia bukanlah robot yang mampu bekerja 24/7, terdapat sisi lain dari diri kita yang juga memerlukan perhatian untuk diistirahatkan.