Berinovasi dalam Korporasi
Margaretha Calusa | Wednesday, 16 November 2022
Sewaktu kuliah, saya diminta oleh salah satu dosen saya untuk membaca sebuah artikel dari HBR mengenai struktur organisasi yang ada di Apple sehingga dapat menghasilkan inovasi produk yang membuat penggunanya selalu menantikan produk terbaru yang dikeluarkan oleh Apple.
Di dalam artikel tersebut, terdapat tiga karakteristik kepemimpinan yang diterapkan oleh perusahaan tersebut, yakni deep expertise, immersion in the details, dan willingness to collaboratively debate.
Deep expertise, setiap pemimpin harus memahami setiap area dan dapat menghubungkan keseluruhan kerja dalam fungsi individu, melalui pernyataan experts leading experts, Contohnya Divisi Marketing dipimpin oleh orang-orang dengan spesialisasi marketing dan memiliki pemahaman yang mendalam terkait ilmu dan penerapan pemasaran, serta memiliki pengalaman dibidang yang berkaitan.
Immersion in the details, setiap pemimpin harus memahami detail dari organisasi level di bawahnya, hal ini penting untuk efektivitas dalam cross-functional dalam pembuatan sebuah keputusan di level top manajemen. Hal ini dilakukan Apple dengan cara melakukan ’war stories’ di setiap pertemuan, sehingga setiap orang di dalam divisi memiliki andil untuk menuangkan pikiran akan suatu produk kepada para pimpinan.
Willingness to collaboratively debate. Dalam hal ini perusahaan Apple membangun budaya debat kolaboratif, sehingga setiap divisi dalam struktur organisasi mampu bekerja sama untuk menciptakan inovasi produk. Menurut Apple, tidak ada fungsi yang bertanggung jawab atas sebuah produk atau layanannya sendiri, sehingga kolaborasi antar divisi menjadi sangat penting.
***
Menurut saya, struktur organisasi yang dimiliki oleh Apple mampu membuat orang-orang di dalamnya memiliki peran untuk ikut berkontribusi dalam mengembangkan inovasi terbaru. Sehingga pegawai di dalamnya merasa dihargai dan tidak hanya dilabeli sebagai “pekerja”, namun sebagai aset yang harus dijaga oleh perusahaan.
Di Indonesia sendiri ada tradisi yang dikenal dengan “gotong royong”. Hal ini dapat diaplikasikan oleh perusahaan dengan cara melibatkan seluruh pegawai dalam proses bisnisnya, tidak hanya mengerjakan hal-hal yang bersifat administratif, namun memberikan kesempatan bagi setiap pegawainya untuk ikut berkontribusi dalam melakukan inovasi yang dapat memajukan perusahaan.
Mungkin banyak pembaca yang terkadang merasa ingin menuangkan buah pikirnya, namun merasa terbatas karena adanya boundaries yang dibuat oleh perusahaan. Hal ini juga terkadang saya rasakan sebagai Gen Z, yang terkadang tidak pernah puas pada saat saya hanya diberikan instruksi namun tidak dibiarkan untuk menuangkan dan mengutarakan apa yang ada di pikiran saya. Oleh karena itu, saya berharap jika ada pemimpin perusahaan yang membaca tulisan ini, para pemimpin tersebut dapat menciptakan sistem yang memungkinkan pegawainya untuk dapat berinovasi dan berkolaborasi sebagai sebuah tim dalam satu naungan perusahaan.