Bagaimana Cara Mencari Mentor?
Vidi Aziz | Friday, 12 August 2022
Di LinkedIn, saya beberapa kali membaca tulisan tentang mentoring. Kebanyakan tulisan yang saya baca berisi ajakan pentingnya memiliki mentor agar karier bisa berjalan baik. Tidak bisa dipungkiri bahwa untuk beberapa orang, mentor memiliki peran positif yang besar dalam perkembangan karier mereka.
Ketika kita berbicara tentang mentoring, “Bagaimana cara mencari mentor?” adalah salah satu pertanyaan yang paling sering muncul.
Dulu, saya adalah salah satu orang yang sangat terobsesi dengan pertanyaan ini karena saya percaya arah karier saya akan lebih jelas jika saya bisa menemukan mentor yang tepat. Ternyata, seiring dengan berjalannya waktu, muncul dua pertanyaan yang jauh lebih penting ditanyakan sebelum kita menanyakan cara mencari mentor.
“Apakah saya sudah siap menjadi mentee yang baik?”
Banyak orang yang terlalu terobsesi mencari mentor sampai lupa dirinya belum siap menjadi mentee yang baik. Ketidaksiapan seseorang menjadi mentee tercermin dalam sikap: keras kepala, tidak menghargai waktu mentor, dan hanya menjalani mentoring untuk kepentingan dirinya sendiri.
Orang yang sudah siap menjadi mentee paham bahwa seorang mentor memiliki kesibukan yang padat. Dia menghormati keterbatasan waktu yang mentor berikan dan bisa menggunakan waktu yang diberikan secara efektif. Mentee juga sebaiknya memberikan kontribusi balik ke mentor. Quid pro quo. Kontribusi ini bisa dalam bentuk ucapan terima kasih, memberikan energi positif setiap kali bertemu, dan juga memberikan informasi terkini tentang topik yang mentor sukai.
“Apakah saya perlu memiliki mentor?”
Untuk menjawab pertanyaan ini, saya akan mengutip tulisan dari legenda marketing dunia, Seth Godin. Di tulisan blog-nya yang berjudul “Heroes and Mentores”, Seth menulis, “Like a custom-made suit, a mentor is a fine thing to have if you can find or afford it. But for the rest of us, heroes will have to do.”
Untuk membina suatu hubungan yang baik antara mentor dan mentee, diperlukan investasi tenaga, waktu, pikiran, dan bahkan biaya. Tidak semua orang memiliki akses untuk melakukan ini.
Menurut Seth, jika kita tidak menemukan mentor, cara alternatif yang bisa kita lakukan adalah mencari inspirasi dari orang yang kita anggap sebagai hero/pahlawan. Sosok pahlawan yang dimaksud bervariasi: olahragawan, pengusaha, seniman, ilmuan, atau bahkan anggota keluarga kita sendiri. Kita bisa belajar memahami proses di balik kesuksesan mereka dan menerapkan hasil pembelajaran itu ke dalam hidup kita.
*********
Selain dua pertanyaan di atas, kita juga perlu mengingat bahwa mentor dan hero adalah manusia biasa. Mereka memiliki bias, dapat bersifat kontradiktif, dan tidak selamanya benar. Jangan sampai rasa kagum kita terhadap mereka membuat kita malas menyaring saran yang mereka berikan.
Sebelum Anda sibuk mencari mentor, coba tanyakan pada diri Anda dua pertanyaan penting ini: “Apakah saya siap menjadi mentee yang baik?” dan “Apakah saya perlu memiliki mentor?”