Memilih Tipe Interview yang Tepat
Afrina Karenina Rizal | Monday, 06 September 2021
Beberapa waktu yang lalu saya membantu client saya untuk mencari satu posisi. Requirements nya cukup ketat dan talent pun tidak banyak di market. Kalau dibilang mencari purple unicorn tidak juga, karena saya yakin kandidatnya ada. Setelah bertapa di gunung dan meditasi :), akhirnya saya bertemu dengan satu kandidat yang sangat high-qualified, highly educated, industri sama persis, secara karakter orangnya baik, tegas namun luwes. Saya happy banget.
Setelah saya submit profile beliau ke client, langsung dijadwalkan interview. Gut feeling headhunter jarang salah (insha Allah), benar saja client happy dengan beliau – 100% matches their requirements. Lalu dijadwalkan second interview dengan petinggi perusahaan tersebut.
Karena perbedaan timezone, interview diadakan malam hari. Saya tidak ikut join, hanya memonitor saja. Setelah 1 jam, saya coba tanya ke kandidatnya bagaimana tadi interviewnya dan apakah saya bisa ngobrol. Saya paham karena sudah malam, saya juga tidak ingin mengganggu waktu beliau dan saya tawarkan untuk ngobrol keesokan harinya. Beliau bilang belum bisa ngobrol malam itu dan bisa dijadwalkan besok saja. Namun ada pengunaan bahasa yang agak berbeda dari beliau. There’s something wrong, pikir saya.
Keesokan harinya saya ngobrol dengan beliau. Benar saja, beliau tidak happy dengan interview kedua. Karena ternyata interviewer, suasana interview, dan pola komunikasi saat interview sangat buruk dan beliau kecewa dengan hal tersebut. Setelah beberapa waktu, akhirnya kandidat tersebut memutuskan untuk mundur dari proses recruitment tersebut. Sementara itu client masih berpikir kandidat tersebut masih merupakan kandidat paling cocok. What a loss!
Apa yang perlu di-improve?
Ada bermacam-macam tipe interview yang bisa digunakan, seperti behavioral interview, stress interview, conversational interview, etc.
Namun sebaiknya perusahaan sebagai interviewer bisa memilih tipe interview berdasarkan kualifikasi kandidat. Dalam kasus di atas, kandidat tersebut sudah sangat senior dan stress interview bisa jadi tidak applicable. Dan jika ingin menunjukkan tekanan dalam pekerjaan tersebut, mungkin bisa menggunakan study case interview. Jadi client bisa mendapatkan gambaran solusi yang ditawarkan kandidat, alih-alih pushing away kandidat dari proses recruitment yang akhirnya mereka kehilangan kandidat yang high-qualified.
Interview adalah cara terbaik, bukan hanya untuk perusahaan mengenal calon karyawannya, namun juga kesempatan untuk kandidat memahami perusahaan yang di-apply. Perusahaan bisa memakai cara terbaik untuk mengenali kandidat dan mengukur apakah kandidat tersebut cocok untuk di-hire di perusahaannya, namun sebaiknya tetap lebih berhati-hati memilih cara terbaik tersebut karena image dan culture perusahaan juga akan tercermin pada saat interview.